THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 23 Desember 2008

Semak Gurun sebagai sumber karet alternatif

Kategori Kimia Material
Oleh Soetrisno

Peneliti di Canada telah menemukan sebuah sumber alternatif komersial untuk karet berkualitas tinggi.

Karet alami, yang digunakan dalam produksi lebih dari 40.000 produk komersial, dihasilkan dari berbagai spesies tanaman karet berbeda. Akan tetapi, kurangnya kanekaragaman genetika telah menjadikan tanaman karet rentan terhadap serangan penyakit. Dengan demikian, pengembangan sebuah alternatif untuk material ini akan sangat bermanfaat, kata para peneliti ini.

John Vederas dan Andrew Scholte dari University of Alberta, melirik proses pembuatan karet biosintetik, dengan membandingkan sumber yang paling umum digunakan, yakni pohon karet Brasil (Hevea brasiliensis), dengan sebuah alternatif, yaitu semak gurun (Parthenium argentatum). Mereka membuat analog-analog isopentenil difosfat berlabel-deuterium, sebuah bahan baku dalam sintesis karet, dan mengonversinya menjadi karet menggunakan enzim-enzim transferase karet yang diambil dari masing-masing tanaman.

Vederas dan Scholte menganalisis stereokimia produk atau tatanan 3D dengan NMR deuterium. Mereka menemukan bahwa stereokimia transferase karet dari semak gurun bisa menjadi sebuah sumber karet komersial.

Rincian tentang tatanan 3D zat-zat dalam sisi-sisi aktif transferase karet memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses biosintesis penting ini, kata Vederas.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

Unsur-unsur toksik dalam asap rokok

Kategori Kimia Lingkungan

Oleh Soetrisno

Logam-logam berat seperti arsenik, kadmium, dan timbal telah dideteksi dalam asap rokok,dengan menunjukkan bahwa unsur-unsur toksik ini bisa merambat sampai jarak berbeda-beda alam aliran udara.

Rokok yang sedang terbakar menghasilkan lebih dari 4000 zat kimia; banyak diantaranya yang bersifat toksik dan sekitar 40 menyebabkan kanker. Senyawa-senyawa ini tetap berada di udara sebagai asap tembakau lingkungan yang dihirup oleh orang lain di kawasan tersebut. Ada dua tipe asap rokok, yaitu: asap rokok utama yang keluar dari mulut perokok dan asap sampingan yang berasal dari ujung rokok yang terbakar.

Ketika meneliti logam-logam berat dalam asap rokok sampingan, para peneliti di perusahaan rokok Philip Morris, US, menemukan tumpukan arsenik dalam cerobong asap yang digunakan dalam tahap pertama pada peralatan mereka. Fenomena ini tidak ditemukan untuk kadmium atau timbal. Mereka menganggap bahwa yang menyebabkan ini terjadi adalah bahwa arsenik bisa menjadi uap cair sedangkan kadmium dan timbal adalah partikulat padat.

Michael Chang dan rekan-rekannya menggunakan sebuah alat yang disebut cerobong "ekor ikan" untuk menyalurkan asap dari sebatang rokok yang sedang terbakar menuju ke sebuah jet impactor yang mengumpulkan asap sebagai kondensat. Asap yang tersisa dilewatkan melalui sebuah saringan ester selulosa campuran untuk mencoba menangkap asap yang tersisa. Beberapa cara dicoba untuk mempersiapkan asap yang telah berkondensasi pada bagian-bagian yang berbeda dari alat. Metode yang terbaik adalah pengambilan sampel adukan, yang melibatkan penggunaan deterjen Triton X-100 dan asam nitrat untuk membuat adukan dengan kondensat asap. Spektroskopi massa berpasangan induktif digunakan untuk menganalisis adukan.

Deposisi persentase total arsenik yang lebih besar (20 persen), dibanding kadmium atau timbal (kurang dari 5 persen) dalam cerobong tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur toksik dalam asap rokok bisa merambat secara berbeda dalam aliran udara dan bisa terdeposisi pada titik-titik berbeda. Para peneliti ini menduga perilaku ini disebabkan oleh perbedaan antara unsur fase padat (partikulat) dan cair (uap).

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

Pendeteksian kanker melalui fluoresensi

kategori Kimia Analisis
Oleh Soetrisno

Sel sehat dan sel berkanker yang menempati esofagus berfluoresensi dengan cara-cara yang berbeda, demikian dilaporkan oleh peneliti di Perancis.

Genevieve Bourg-Heckley, dari Universite Pierre and Marie Curie, Paris, dan rekan-rekannya mengukur spektra fluoresensi dari sel normal dan dua tipe sel kanker ganas yang terdapat dalam esofagus.

"Sebelumnya kami telah menemukan bahwa autofluoresensi imbas sinar dekat-UV menunjukkan perbedaan yang signifikan (menurut statistik) antara jaringan esofageal yang sehat dan berkanker," kata Bourg-Heckley, "tetapi spektra jaringan ini diperumit oleh emisi-emisi yang timpang tindih dari kolagen dan molekul-molekul intraseluler yang terkait dengan metabolisme, seperti NAD(P)H dan flavin."

Bourg-Heckley mengamati apakah autofluoresensi seluler memegang peranan dalam perbedaan spektra yang diamati antara jaringan normal dan jaringan tumor, dan apakah ini terkait dengan perubahan-perubahan metabolisme yang ditimbulkan oleh pembentukan sel kanker.

Penggunaan sel ketimbang jaringan memungkinkan mereka mengisolasi kontribusi fluoresensi intraseluler dalam spektra jaringan. Tim ini menemukan bahwa sel-sel kanker ganas memiliki intensitas fluoresensi yang jauh lebih tinggi, yang bisa dikaitkan dengan lebih tingginya jumlah penanda koenzim NAD(P)H dalam sel-sel ini.

Penelitian ini penting, menurut Anna Cleta Croce, dari Istituto di Genetica Molecolare, Pavia, Italia, karena menunjukkan potensi dari spektroskopi autofluoresensi untuk penentuan keadaan metabolik populasi sel," kata dia.

"Pengapliaksian prosedur analisis spektra yang sesuai dapat menjadikan teknik ini sebagai sebuah metode pemeriksaan yang handal untuk mendapatkan informasi tentang komponen-komponen sel, dimana kelebihannya adalah pengamatan sel-sel hidup secara real-time dan langsung pada tempatnya," tambah Croce.

Tim Bourg-Heckly berencana meneliti apa yang menyebabkan peningkatan NAD(P)H ini ketika sel-sel normal berubah menjadi sel-sel abnormal, dan meneliti molekul-molekul intraseluler lainnya dengan cara yang sama.

Spektra seluler ini juga akan menjadi spektra acuan yang bermanfaat pada saat memodelkan fluoresensi jaringan, kata Bourg-Heckly, sehingga akan menjadikan spektroskopi fluoresensi sebagai sebuah alat diagnostik untuk mendeteksi pertumbuhan kanker dan pra-kaner secara dini langsung pada tempat sel yang bersangkutan.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/